TUJUAN UMUM MATERI
- Mengokohkan hubungan peserta
dengan perjalanan hidup Rasulullah saw. menteladani secara baik beliau saw.,
serta mengambil berbagai pelajaran dan ibrah.
- Mengajak peserta untuk
merenungi berbagai tata cara pengaturan dan manajemen yang ditetap
Rasulullah saw. untuk menegakkan negara Islam di Madinah.
Penjelasan
1. MULAI TURUN WAHYU, MASA JEDA DAN KEMBALI TURUN
TAMHID (PENGANTAR)
Semula nabi
Muhammad saw. tinggal di Mekah dengan tenang dan tenteram, ditemani istrinya
yang sangat cerdas dan penuh cinta, Khadijah binti Khuwailid ra. Beliau dikenal
di tengah-tengah kaumnya sebagai orang yang shidq (benar) dan amanah
(terpercaya) dalam semua urusan, disertai dengan pengalaman dan kemahirannya
dalam bidang perniagaan.
Amanah dan
shidiqnya Nabi Muhammad saw sangat
terkenal, sehingga di Makkah sehingga mereka memberikan gelar Ash-Shadiq
(orang yang benar) dan Al-Amin (yang terpercaya) berpadu dengan
keistimewaan lainnya mulai dari kecerdasan, pikiran yang lurus, pengelolaan
masalah dengan indah. Dan kita sudah membahas keindahannya dalam mendamaikan
kaumnya dengan sangat istimewa dalam masalah
hajar aswad ketika merenovasi ka’bah.
A. KECENDERUNGAN
MERENUNG DAN BERFIKIR
Nabi Muhammad saw adalah simbol manusia
sempurna, lewat keindahan akhlaqnya, lurus prilakunya, kebersihan fitrahnya,
keluasan pengalaman hidupnya, mulai
berdagang ketika masih kecil, berangkat ke Syam untuk berdagang dalam perjalanan musim dingin,
yang dengan safar dan dagang itu memberinya
pengalaman tentang manusia, berperan serta bersama mereka dalam kehidupan
nyata, memperluas wawasan.
Semua pekerjaan, perniagaan, dan keluarganya
tidak merubahnya dari perenungan dan berfikir tentang kekuasaan langit dan
bumi. Tidak merubahnya dari tabiatnya yang lama terdiam, suka berkhalwat
(menyendiri) dari kaumnya, sehingga ia lepas dari kesibukannya. Apa yang
dilakukan kaumnya yang menyembah berhala yang mereka buat sendiri, tidak nyaman
di matanya, dan tidak dapat diterima akalnya.
Hal ini terjadi bukan karena kekerdilan
jiwa atau menghindari kehidupan sosial. Beliau terlibat aktif dalam hilful
fudhul sebelum Islam. Demikian juga statusnya sebagai pedagang tidak
mungkin menyendiri dari komunitas kaumnya. Akan tetapi khalwah itu disebabkan oleh
ketinggian jiwa, kemuliaan diri dari kehinaan kaumnya yang terbiasa dengan
tradisi nenek moyangnya, seperti menyembah berhala, minum khamr, berjudi,
berlebihan dalam kelalaian dan kenikmatan, makan harta orang lain dengan bathil.
Nabi Muhammad saw. tidak termasuk
dalam kelompok orang-orang yang
disibukkah oleh urusan hidupnya sehingga kehilangan perhatian dan pemikirannya,
akan tetapi orang yang senang berfikir tentang alam semesta, langit dan bumi,
dan yang ada di antara keduanya. Mencari rahasia alam semesta ini, Penciptanya,
tujuan keberadaan alam semesta dan manusia.
Dari itulah beliau hidup sejak mudanya
dengan perjalanan hidup yang bersih, catatan kenangan yang indah. Tak
seorangpun yang dapat mencela akhlaknya atau popularitasnya. Nabi Muhammad saw
tidak pernah terlibat dalam penyembahan berhala bersama dengan kaumnya, tidak
pernah sekalipun bersujud pada berhala.
B. KHALWAT
DI GUA HIRA
Ketika Nabi Muhammad telah berusia empat
puluh tahun, Beliau mulai mengalami kejadian yang merubah total hidupnya,
sebagaimana perubahan sejarah menusia keseluruhannya.
Dalam keadaan terjaga Beliau lihat dengan
jelas kejadian yang dilihatnya dalam mimpinya. Ummul Mukminin Aisyah ra.
berkata:
أَوَّلُ مَا بُدِئَ
بِهِ رَسُوْلُ اللهِ مِنَ الْوَحْيِ الرُّؤْيَا
الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيًا إِلاَّ جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ
الصُّبْحِ
"Mula-mula yang Rasulullah saw. alami
adalah mimpi yang baik ketika tidur, lalu tidak ada yang terlihat dalam mimpinya
itu kecuali datang seperti cerahnya pagi." (HR Al-Bukhari dan
Muslim).
Kemudian Rasulullah saw. senang berkhalwat,
menyendiri dan menjauhi khalayak ramai, berdzikir mengingat Allah swt,
merenungkan ayat-ayat dalam ciptaan-Nya. Maka Beliau jadikan bulan Ramadhan sebelum
masa kenabian sebagai waktu khusus untuk beribadah, Beliau tahannuts beberapa
malam di gua Hira, sebuah gua di sekitar Makkah di atas bukit yang tinggi. Di
sinilah diam panjang berlangsung, hati dibersihkan dari seluruh kesibukan
duniawi. Untuk khalwah ruhiyah ini Rasulullah saw. berbekal makanan dan air,
berdiam di gua untuk berdzikir dan berfikir. Fikirannya disibukkan oleh alam
semesta yang demikian agung, berisi ayat-ayat nyata. Dalam khalwat itulah Nabi
Muhammad menemukan kejernihan jiwa, ketenangan batin, dan kebahagiaan ruhnya.
C. MULAI TURUN WAHYU DAN PENGANGKATAN
KENABIAN
Pada malam
tujuh belas Ramadhan tahun ketiga belas sebelum hijrah (Februari 610 M), ketika
Rasulullah berada di gua Hira, melakukan seperti yang dilakukan setiap tahun, Beliau
dikejutkan oleh Jibril as. terjadi dialog antara keduanya:
Jibril as : Bacalah!
Muhammad : Saya
tidak bisa membaca (saya belum pernah belajar membaca dan menulis).
Kemudian Jibril
memeluknya dengan pelukan kuat, kemudian dilepaskan dan berkata lagi
Jibril as : Bacalah!
Muhammad : Saya tidak bisa membaca
Kemudian Jibril
memeluknya dengan pelukan kuat ke dadanya, lalu melepaskannya dan berkata:
"Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan menggunakan pena ,(Maksudnya: Allah mengajar manusia
dengan perantaraan tulis baca.) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya."
(Al-'Alaq: 1-5)
Inilah ayat Al-Qur’an pertama yang turun di
hati Nabi Muhammad saw. Turun di bulan Ramadhan pada malam berkah yaitu malam lailatul-qadr
pertama yang Allah terangkan kedudukannya:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya
(Al Quran) pada malam kemuliaan.
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (Al-Qadar: 1-5)
Al-Qur’an mulai
turun pertama kali pada malam lailatul-qadr. Jibril turun pada malam penuh berkah,
malam yang terbebaskan dari seluruh kejahatan dan syetan. Malam yang paling
mulia bagi manusia, karena merupakan kejadian istimewa, yang menandai era baru
dan mulai terpilihnya Muhammad saw. sebagai Nabi.
D. DAMPAK KETERKEJUTAN DALAM DIRI NABI MUHAMMAD
SAW
Malaikat Jibril
as. mengejutkan Nabi Muhammad saw. ketika di gua hira saat beribadah kepada
Allah. Jibril membacakan awal surah Al-'Alaq, sebagian ayat dari Kitabullah. Dekapan
Jibril as. dengan yang sangat kuat itu untuk meyakinkan Nabi Muhammad saw,
bahwa Beliau dalam keadaan terjaga, bukan dalam keadaan tidur, kedua matanya tidak menipunya, hatinya
tidak mendustakannya, dan yang mengajaknya bicara adalah Malaikat yang mulia,
bukan syetan terkutuk.
Rasulullah saw. mengalami demam karena
kejadian dan peristiwa yang sangat mengagetkan itu. Maka Rasulullah saw pulang
ke rumahnya menemui isterinya, Khadijah dengan hati berdebar-debar, dan gemetar
badannya karena kejadian yang baru saja dialami. Ia ceritakan peristiwa itu
kepada isterinya, dan memintanya untuk menyelimutinya:
دَثِّرُوْنِي .. .
زَمِّلُوْنِي!!
"Selimuti
aku… selimuti aku."
E. KEBERADAAN KHADIJAH RA DI SISI
NABI MUHAMMAD SAW
Isteri shalihah itu segera menyelimuti
suaminya yang mulia itu agar dapat beristirahat dengan tenang. Maka ketika Nabi
saw. sudah bangun dari tidurnya itu, Beliau sampaikan peristiwa di gua Hira itu
kepadanya dan berkata:
لَقَدْ خَشِيْتُ عَلَى
نَفْسِي
“Sesungguhnya aku sangat takut pada diriku
sendiri”
Ia takut jika peristiwa ini adalah
permainan syetan, atau keburukan yang akan dialaminya nanti. Akan tetapi jauh
sekali kemungkinan bagi Allah Yang Maha Pemurah menghinakan seorang yang mulia
akhlaqnya, harum jejaknya. Karena keindahan akhlaq dan sikap yang disaksikan
oleh Khadijah ra, maka ia mengatakan dengan jujur penuh rasa dan logika,
kekaguman akan pribadinya yang mulia:
كَلاَّ وَاللهِ لاَ
يُخْزِيْكَ الله أَبَداً إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَصْدُقُ الْحَدِيْثَ وَتَحْمِلُ
الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُوْمَ وَتُقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِيْنُ عَلَى نَوَائِبِ
الْحَقِّ "
"Tidaklah demikian! Demi Allah, Allah
tidak akan pernah menghinakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkaulah orang
yang menyambung silaturrahim, benar dalam bertutur kata, mampu memikul beban
berat, membantu orang yang tidak berada, memuliakan tamu dan membantu pencari
kebenaran."
F. DI DEPAN
WARAQAH BIN NAUFAL
Kalimat Khadijah ra. memberikan ketenangan,
kedamaian dan harapan ke dalam hati
Rasulullah saw. Agar suaminya yang agung itu semakin tenang, Khadijah ra. membawanya ke rumah Waraqah bin Naufal, anak
pamannya, seorang Nasrani di masa jahiliyah yang memiliki ilmu tentang
agama-agama terdahulu. Ia meminta kepada Waraqah agar menyampaikan sesuatu
kepada Muhammad saw.
Maka ketika
Nabi Muhammad menceritakan apa yang
dialaminya di gua Hira, Waraqah berkata: “Itulah malaikat yang pernah datang
kepada Musa, maksudnya adalah jibril as yang Allah tugaskan untuk menyampaikan
risalah dan kitab-Nya kepada para nabi dan rasul. ”Waraqah berkhayal seandainya
ia masih muda ia ingin membela Nabi yang mulia ini, dan melindunginya ketika
kaumnya memusuhi dan mengusirnya dari negerinya.
Nabi Muhammad
saw heran dengan penjelasan Waraqah ini dan bertanya: “Apakah mereka akan
mengusirku?” Maka Waraqah menegaskan: “Bahwa
ini adalah keadaan para Rasul yang datang seperti yang ada pada Nabi Muhammad.
Sesungguhnya musuh para Rasul itu adalah al-mutrafin (orang-orang kaya)
para pelaku kejahatan. Mereka tidak akan membiarkan para Rasul menyerukan agama
Allah dengan aman dan damai.”
Dengan
pertemuan ini maka sempurnalah sikap Khadijah yang mulia itu. Rasulullah merasa
tenang dan optimis dengan apa yang telah Allah berikan kepadanya. Karunia besar
dan pilihan langsung dari-Nya. Satu kabar gembira tentang kenabian.
2. JEDA WAKTU TIDAK TURUN WAHYU, LALU KEMBALI
TURUN
Setelah itu
tidak lagi turun wahyu, Jibril tidak pula datang menemui. Beberapa waktu
lamanya Nabi Muhammad saw tidak pergi ke gua Hira, karena Beliau beribadah
bukan untuk menjadi Nabi atau menunggu kedatangannya. Tidak juga untuk
mempersiapkan dirinya menerima risalah. Tidak pernah terbayangkan dalam dirinya
bahwa Beliau akan menjadi Nabi.
Kemudian beliau
berkhalwat untuk berzikir dan bertafakur tentang ciptaan Allah. Beliau habiskan
beberapa malam, di gua hira dengan mempersiapkan sekantung kurma dan air
sebagaimana biasanya.
Ketika berjalan
menuju Makkah Beliau mendengar suara memanggil: “Ya Muhammad!” Beliau menoleh
di sekelilingnya, kiri dan kanan, tidak melihat seorangpun. Menoleh ke belakang
tidak ada juga seorangpun. Lalu ia meneruskan perjalanannya. Suara itu
terdengar kembali: “Ya Muhammad!” Beliau arahkan pandangannya ke langit, dan
melihat wajah yang pernah dilihatnya pertama kali di gua Hira, turun dari
langit, dalam bentuk asli malaikat, yang kedua sayap besarnya menutup cakrawala,
kemudian mendekatinya, sehingga sejauh dua busur dari Nabi atau lebih dekat
lagi, dan menyerukan: “Ya Muhammad, saya Jibril, dan sesungguhnya engkau adalah
Rasulullah (utusan Allah)”.
Kemudian menyampaikan firman Allah
kepadanya:
"Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu
berilah peringatan! Dan Tuhanmu, gungkanlah! Dan pakaianmu, bersihkanlah, dan perbuatan, dosa
tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan)
yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah." (Al-Muddatstsir:
1-7)
TUGAS BERTABLIGH
Dengan beberapa ayat dari surah Al-Muddatstsir
ini jelaslah makna firman Allah kepada Rasul-Nya: Wahai orang yang masih
tertidur, yang tertutup selimut! Bangunlah, peringatkanlah penduduk Makkah,
peingatkalah mereka akan Adzab Allah, jika mereka tidak berserah diri (Islam).
Dan kamu wajib mengagungkan Pelindungmu, Penguasamu, dan Yang memperbaiki
urusanmu. Bertakbir mengagungkan-Nya, sehingga engkau selalu mengakui kebesaran
dan keagungan-Nya. Dia Maha Besar dari para sekutu. Hendaklah kamu bersihkan
pakaianmu, menjaganya dari najis. Demikian juga membersihkan jiwa dari dosa.
Tinggalkanlah berhala dan patung, jangan menyembahnya, karena ia adalah
penyebab adzab. Jika kamu melakukan tugas dawah dan peran kenabian maka
jangan sekali-kali merasa berat dan menganggap dirimu melakukan banyak hal bagi
Tuhanmu. Jika kamu melakukan amal kebaikan, atau menolong seseorang maka
carilah ridha Allah saja. Sadarilah bahwa engkau telah membawa urusan yang
besar. Engkau akan diperangi oleh bangsa Arab dan yang bukan Arab karenanya. Maka bersabarlah karena Allah.
Demikianlah
Nabi Muhammad saw. berkewajiban memperingatkan dan menyampaikan. Disamping
peran kenabian beliau juga mendapatkan peran kerasulan dari Allah bagi manusia.
Setelah itu
wahyu turun dari waktu ke waktu tanpa ada jeda dan putus di waktu yang lama.
Dan Rasulullah saw. mulai berda’wah.
PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
1.
Merenungkan ayat dan ciptaan Allah adalah sarana penting yang mengantarkan
manusia mengenal Allah swt. dan mengesakan-Nya
2. Setiap muslim berkewajiban menyediakan waktu harian atau
pekanan untuk berkhalwat dengan Rabbnya, mengevaluasi dirinya, merasa dalam pengawasan
Rabbnya, memikirkan ciptaan dan ayat-Nya, melepaskan diri dari material dunia
dan kesenangannya. Sebagaimana ibadah yang jauh dari mata kebanyakan orang
adalah sarana penting untuk ikhlas, dan membersihkan diri dari noda,
mengembalikan kebersihan dan kesuciannya.
3. Banyak
memikirkan ayat dan nikmat Allah akan melahirkan rasa cinta dan mengagungkan
Allah, memperkecil material dunia di matanya, khususnya jika zikir itu disertai
dengan membaca kitab-Nya.
4.
Menjauhkan diri dari tempat yang tidak baik adalah salah satu bentuk dan
salah satu level pengingkaran. Sehingga Rasulullah saw. meninggalkan segala
macam bentuk kesesatan yang ada di tengah-tengah kaumnya, dan berkhalwat dengan
Rabbnya jauh dari kaumnya.
5.
Para kader da’wah harus bisa melakukan rihlah darat, laut atau kebun, untuk
menjauhkan diri sesaat dari material duniawi, menemukan hakekat hidupnya dan
merenungkan ayat-ayat Allah dan karunia nikmat di sana.
6.
Khalwah Rasulullah saw tidak boleh difahami sebagai uzlah (penyendirian)
dari kehidupan dunia, umat manusia seperti anggapan sebagian orang, atau yang
dilakukan sebagian orang yang menamakan dirinya tasawwuf. Rasulullah adalah
orang yang berada bersama dengan kaumnya dalam semua kegiatan positif dan
berguna. Jika tidak karena itu kaumnya tidak akan menyetujuinya dalam peletakan
hajar aswad, akan tetapi khalwat Nabi adalah salah satu bentuk pembaharuan
hidup dan perenungan makhluk Allah, evaluasi diri dan berkhalwat dengan
Rabbnya.
7.
Kenabian tidak bisa diperoleh dengan usaha, seperti yang difahami sebagian
orang, jika ia melakukan sesuatu ia akan sampai pada apa yang telah dicapai
oleh Rasulullah saw. Akan tetapi kenabian dan kerasulan
adalah pilihan langsung dari Allah. Firman Allah:
"Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia;
Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Melihat." (Al-Hajj: 75)
8.
Baca tulis berperan besar dalam agama ini, sehingga wahyu pertama yang
turun berkaitan dengan hal ini.
9.
Bentuk dan cara yang ditampilkan Malaikat Jibril kepada Rasulullah saw menutup jalan bagi para
pembual yang mengatakan: Bahwa sesungguhnya wahyu adalah jenis kebersihan jiwa.
Lalu apa artinya malaikat itu datang dengan bentuk seperti ini, dan kenapa ia
mendekap Rasulullah saw tiga kali, padahal sangat mungkin kedatangan pertama
itu dalam bentuk yang paling mudah, atau pada waktu tidur misalnya?
10. Firasat seorang wanita shalihah, ungkapan Khadijah ra
kepada Rasulullah saw ketika merasa ketakutan atas dirinya: “Tidaklah demikian,
Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu kapanpun saja”. Lalu menyebutkan
sifat-sifat dan prilaku mulianya. Dan orang yang memiliki sifat serta prilaku
seperti ini maka Allah pasti akan bersamanya, menolong, membantu dan
melindunginya, tidak akan menghinakannya. Demikianlah seharusnya setiap wanita
shalihah bersikap bersama dengan suaminya. Menguatkan semangatnya, menopangnya
menegakkan tugas dakwah, tidak pernah menjadi hambatan penegakan risalah
11. Urgensi bertanya kepada orang yang ahli, merujuk
kepadanya. Khadijah dengan segera membawa Rasulullah saw ke Waraqah bin Naufal,
orang yang dianggap mengetahui agama-agama terdahulu, sehingga masalahnya
menjadi jelas. Dan ia memberikan kabar gembira bahwa dia adalah nabi bagi umat
ini, dan yang mendatanginya di gua Hira adalah malaikat yang datang dari Allah
, bukan jin.
12. Sesungguhnya sunnatullah dalam da;wah ini adalah satu,
seperti yang disampaikan oleh Waraqah kepada Rasulullah saw, bahwa kaumnya akan
memusuhinya, menyakitinya, dan bahkan mengusir dari negerinya. Dan inilah kondisi
para Rasul.
13. Risalah
dan tabligh (menyampaikan) adalah beban berat, sehingga harus dipikul oleh
orang kuat. Dari itulah Allah swt mempersiapkan Rasul-Nya dengan qiyamullail,
seperti yang ada dalam surah Al Muzzammil:
"Hai orang
yang berselimut (Muhammad). Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari ,
kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari
seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur'an itu
dengan perlahan-lahan. Lalu
menerangkan alasan hal ini." (Al-Muzammil: 1-4)
"Sesungguhnya kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat." (Al-Muzammil: 5).
14. Maka para kader harus memperhatikan bekal ruhiyah, dengan qiyamullail, zikrullah,
tilawah Al-Qur’an, dll. Inilah bekal terbaik untuk memikul amanah, melaksanakan
tugas da’wah, bukan dengan istirahat, santai dan tidur.
Sembahyang malam Ini mula-mula
wajib, sebelum turun ayat ke 20 dalam surat
ini. setelah Turunnya ayat ke 20 Ini hukumnya menjadi sunat.